Kamis, 19 Desember 2013

Sejarah hari ibu

Sejarah hari ibu dunia bermula dari perayaan musim semi orang-orang Yunani, sebagai penghormatan terhadap Rhea, ibu kepada tuhan mereka. Pada tahun 1600 orang-orang Inggris merayakan hari yang mereka namakan sebagai "Mothering Sunday". Mothering Sunday dirayakan pada hari Minggu keempat setiap lent. Lent adalah periode waktu selama 40 hari, baik dalam bulan Februari atau Maret. Dalam periode ini, sebagian orang-orang Kristen akan berhenti memakan makanan tertentu atas alasan agama. Amalan tersebut adalah sebagai penghormatan mereka terhadap Mother Mary. Mother Mary adalah Maryam, ibu Nabi Isa A.S. atau Yesus yang mereka anggap sebagai tuhan.

Selama periode tersebut, kebanyakan rakyat Inggris yang fakir dan miskin akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mereka keluar jauh meninggalkan keluarga karena percaya bahwa Yesus akan memberikan kekayaan dan kesenangan dalam periode tersebut. Menjelang hari Minggu keempat, mereka dianjurkan untuk liburan oleh majikan dan pulang ke kampung untuk bertemu dengan ibu. Setiap ibu akan dihadiahi kue oleh anaknya.

Praktek dan tradisi ini menular ke seluruh dunia dan ia kini disambut sebagai penghormatan kepada Mother Church. Mother Church dianggap sebagai kekuatan spiritual yang agung yang memberi manusia kehidupan dan menghindarkan mereka dari musibah. Sejak itu, perayaan Mothering Sunday telah digabung dengan upacara kegerejaan. Penghormatan mereka terhadap ibu sama taraf dengan penghormatan mereka terhadap gereja.


Di Amerika Syarikat, Hari Ibu disambut seawal 1872 hasil ilham Julia Ward Howe. Beliau adalah seorang aktivis sosial dan telah menulis puisi " The Battle Hymn of The Republic" (TBHoTR). TBHoTR telah dijadikan lagu patriotik yang popular di kalangan warga Amerika. Ungkapan "Hallelujah" dalam bait-bait lagu tersebut menyerlahkan lagi sentuhan Yahudi dan Zionis dalam mencaturkan politik dunia. Pada tahun 1907 Anna Jarvis dari Philadelphia telah memulakan kempen untuk melancarkan Hari Ibu. Beliau telah berjaya mempengaruhi Mother's Church di Grafton, West Virginia agar meraya dan meraikan Hari Ibu pada hari ulang tahun kedua kematian ibunya, iaitu pada hari Ahad kedua dalam bulan Mei. Semenjak dari itu, Hari Ibu dirayakan saban tahun di Philadelphia. Anna Jarvis dan pendokong-pendokongnya telah menulis surat kepada menteri, golongan peniaga dan ahli-ahli politik agar Hari Ibu disambut secara meluas di seluruh wilayah. Matlamat mereka telah berjaya sepenuhnya pada tahun 1911 apabila hari tersebut disambut oleh hampir keseluruhan wilayah Amerika. Pada tahun 1914, Presiden Woodrow Wilson, secara rasminya telah mengisytiharkan Hari Ibu sebagai hari cuti umum dan mesti raikan pada setiap hari Ahad kedua dalam bulan Mei. Biar pun sebahagian besar negara-negara di dunia menyambutnya pada hari yang berlainan tetapi negara seperti Denmark, Finland, Itali, Turki, Australia, dan Belgium masih merayakannya pada setiap hari Ahad kedua dalam bulan Mei.

Di Indonesia hari ibu dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Sementara di Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (dalam bahasa Inggris) diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Sejarah hari Ibu di Indonesia
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional alamatnya ada di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain.

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.

Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1946. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.

Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Bagaimana dalam Islam ?
Islam, tanpa mengenal hari tertentu, mewajibkan setiap anak selalu mengistimewakan seorang Ibu. Mungkin kita tidak pernah menyadari, begitu banyak yang telah dilakukan seorang Ibu. Ibu mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, berjuang melawan rasa sakit ketika melahirkan, mengesampingkan waktu istirahatnya untuk menyusui, juga merawat ketika kita sehat apalagi saat sakit, dan banyak lagi hal lainnya yang mustahil dapat kita hitung dan kita balas seluruh pengorbanannya.

Islam begitu mengistimewakan seorang Ibu, seperti yang banyak kita temui di dalam al-Quran, hadis, dan kisah-kisah teladan.
Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (QS al-Isrã’ [17]: 23-24).

Bila hal itu dijelaskan, maka perayaan hari ibu tidak diperbolehkan. Tidak boleh mengadakan simbol-simbol perayaan seperti kegembiraan, kebahagiaan, penyerahan hadiah dan lain sebagainya. Seorang muslim wajib memuliakan agamanya dan bangga dengannya dan hendaknya membatasi diri dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dalam agama yang lurus yang telah diridloi Allah Ta’ala untuk hamba-Nya.
Seorang muslim seharusnya tidak ikut-ikutan, Tetapi haruslah membentuk kepribadiannya sesuai dengan ketentuan syari’at Allah Azza wa Jalla, sehingga menjadi ikutan, bukan sekedar menjadi pengikut, menjadi contoh bukan yang mencontoh. Karena syari’at Allah –alhamdulillah- adalah sempurna dilihat dari sisi manapun, sebagiaman firman Allah:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridloi Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah: 3).

Persoalan
Kenapa perlu diadakan atau diiktikadkan hanya satu hari untuk hari ibu??? Adakah satu hari itu  saja dia jadi ibu kita? Adilkah kita perlakukan begitu kepada insan yang mengandungkan kita selama 9 bulan 10 hari, kemudian berjerit perih dan bertarung nyawa melahirkan kita, seterusnya berjaga malam menjaga ketika sakit kemudian memenuhi apa saja kehendak kita bagai menatang minyak yang penuh, tiba-tiba kita hanya meraikan kemulian mereka hanya sehari. Hari-hari lain, kita diam membisu, tidak menghubungi dan tidak ada lagi penghargaan buat ibu.

Firman Allah SWT :
17:23
Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya, atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan “Ha”, dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).  (Surah al-Isra’, ayat 23)

Kedudukan ibu sangat mulia di sisi Islam.berbagai cabaran terpaksa ditempuh ibu demi membesarkan kita. Sepatutnya disambut hari ibu sekerap mungkin… setiap hari, minggu, setiap bulan dan tahun kerana hari ibu memang sewajibnya setiap hari… Raikanlah dengan setulus ikhlas terhadap insan mulia tersebut…
Dengan termaktubnya ‘Hari Ibu’. Seharusnya dijadikan hari peringatan atau perayaan terhadap peranan seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, mahupun sesama manusia.

Hak ibu
Haknya seorang ibu lebih besar daripada sekedar disambut sehari dalam setahun. Bahkan seorang ibu mempunyai hak yang harus dilakukan oleh anak-anaknya, yaitu memelihara dan memperhatikannya serta menta’atinya dalam hal-hal yang tidak maksiat kepada Allah Azza wa Jalla disetiap waktu dan tempat
Pengorbanan ibu kepada anak itu tidak mungkin dapat dibalas dengan uang dan kemewahan semata-mata. Oleh itu, wajib anak berbuat baik dan berbakti kepada ibu mereka terutama selepas meningkat dewasa dan bukannya menjadi anak yang ‘seperti kacang lupakan kulit’.
.
Firman Allah SWT:
31:14
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungkannya dengan keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyusukannya selama dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada Aku kembalimu.” (Surah Lukman, ayat 14)
.
Islam meletakkan ibu ditempat yang paling selayaknya, begitu juga dengan bapa. Jika Syurga Ibu/isteri di bawah kaki Ayah/suami, tetapi dengan keinsafan yang lebih menebal.tanpa ibu, siapalah kita ‘Syurga anak itu adalah di bawah tapak kaki Ibu’.

Seorang ibu berhak mengambil haknya terhadap anak-anaknya dan seseorang anak itu tidak boleh langsung mempertikaikan hak ibu dan bapa mereka terhadap dirinya. Jihad adalah perkara paling utama dalam Islam, namun kerana Ibu, jihad menjadi tempat kedua bagi seorang anak.

Perkara ini dikatakan sendiri oleh Rasulullah ketika ada seorang sahabat yang bernama Jahimah bertemu baginda untuk bertanyakan pandangan untuk ikut serta dalam ekspedisi jihad. Rasulullah bertanya, “Adakah kamu masih mempunyai ibu?” Jahimah menjawab:“Ya.” Lalu Rasulullah bersabda, “Tinggallah bersamanya kerana sesungguhnya syurga terletak di bawah tapak kakinya.” (Shahih Sunan al-Nasai, no: 3104)

Sambutan Hari Ibu
Sambutan hari ibu adalah tanda pengiktirafan anak terhadap pengorbanan ibu kepada mereka dan sambutan yang dianjurkan bertujuan membahagiakan ibu.
Firman Allah SWT :
  وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًا ۚ
 “Dan Tuhanmu telah mewajibkan supaya tidak menyembah selain dari-Nya dan berlaku baik kepada ibu bapa.” (Surah al-Isra’, ayat 23) 

Peringatan dan perayaan boleh dilakukan dengan membebas atau meringankan tugas ibu dari kerja harian yang dianggap kononnya merupakan kewajibannya, seperti mendidik, memasak, mengemas dan urusan rumah tangga lainnya.

Hari Ibu juga boleh menjadi wasilah untuk merapatkan hubungan anak dengan ibu bapa serta mengeratkan hubungan sesama adik-beradik. Sebagai hari istimewa, semua ahli keluarga berkumpul dan dari situ terbitlah ikatan erat dan melahirkan suasana penuh kasih sayang sejati, saling mencintai antara satu sama lain.

Sambutan hari ibu yang memenuhi tuntutan Islam antaranya, sambutan yang dilakukan sebaik-baiknya secara sederhana, tidak melalaikan tanggungjawab seorang Muslim terhadap Allah SWT dan tidak bersifat membazir. Di samping itu, sebaik-baik sambutan adalah dengan mengadakan solat berjamaah bersama ahli keluarga, mengadakan majlis tahlil dan doa selamat, pesanan dan nasihat yang baik serta dalam suasana mahabbah.

Oleh itu, penting bagi masyarakat Islam membetulkan niat terlebih dulu dalam meraikan sambutan Hari Ibu ini supaya sambutan dirahmati dan tidak terkeluar daripada landasan syariat Islam yang digariskan Allah SWT untuk hambaNya.

Wallahu A’lam Bish Shawab
 (Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar