Selasa, 19 November 2013

Sejarah Brang Biji & KarangTungkup di Sumbawa Besar

Masyarakat "Tana Samawa" tidak harus kehilangan sejarah atau pun cerita tentang "Tungkup".
Karena pada dasarnya, kami anak cucu dari leluhur yang kurang lebih mengetahui sejarah tersebut masih hidup.
Mengapa surat kabar Sumbawa terlalu membesar-besarkan masalah ini......?

  "BRANG BIJI"                                                                  
 Dalam bahasa Sumbawa, "Brang" artinya kali/sungai dan "biji"  dalam bahasa Sumbawa berarti "modeng".
Karena kurang cocok disebut "Brang Modeng"  maka para leluhur menyebutnya sebagai "Brang Biji".
Ada pun di sebut "Brang Biji" karena dahulu banyak sekali pohon "Jambu Biji"  dan ada pula pohon "Mangga" yang sangat lebat buahnyadi tepi kali "Brang Biji"  ini. Maka dari itu diberilah nama kampung ini sebagai kampung "Brang Biji".

Brang Biji ini terletek di Kota Sumbawa Besar, tepatnya berawal dari Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Sumbawa.
Masyarakat aslinya dahulu kala bertempat tinggal di lokasi Rumah Sakit Umum (RSU) di Sumbawa Besar.
Berhubung pada saat itu Pemerintah bermaksud membangun Tana Samawa hingga maju seperti sekarang ini, maka Pemerintah meminta agar penduduk Brang Biji pindah dari tempat tinggalnya itu, tanpa ganti rugi sedikit pun.

Masyarakat pada saat itu sangat tinggi rasa kekeluargaan dan gotong royongnya, hingga mereka pindah dari tempat tinggalnya dengan suka rela.
Adapun mereka yang menjadi leluhur kami, pindah ke kebun-kebunnya dan membangun tempat tinggal baru di sana.
Tidak jauh dari lokasi semula, yaitu RSU. Kemudian pasar Brang Biji, dahulu kala adalah tempat penyembelihan hewan yang akrab disebut rumah potong hewan, karena penduduk brang biji makin meningkat, maka berubahlah menjadi Pasar Brang Biji.

Sebelah barat Pasar Brang Biji, disini adalah letak kebun leluhur kami dahulu, yang kemudian dinamakan "Tungkup".
                                                                    
 "TUNGKUP"
 Mengapa bernama "Tungkup"?
Dalam bahasa Sumbawa, padanan dari kata "Tungkup" adalah "Tangkup" .
Ada pun makna dari kata "Tungkup" adalah "Telungkup".
Menurut cerita Abe (kakek dan nenek) dan Bapak (beliau-beliau ini adalah penduduk asli Karang Tungkup).
Dinamakan Karang atau Kampung Tungkup, karena pada zaman dahulu kala ada orang yang pernah berdiri di tepi tebing tinggi di Kampung Tungkup, sambil memandang ke kali orang itu pun jatuh sambil telungkup ke dalam kali Brang Biji yang pada saat itu sangat dalam, dengan aliran airnya yang sangat jernih, orang tersebut meninggal seketika.

Kampung ini sangat terkenal karena angker dan sangat identik dengan mistik.
Dahulu di belakang kampung ini, tepatnya di tepi kali Brang Biji, ada pohon asam yang sangat besar dan yang satunya lagi disebut pohon brora (sy juga kurang mengerti untuk mengartikan nama pohon ini).
Selain itu, ada pula sumur besar yang leteknya tepat di belakang rumah nenek dan berdekatan pula dengan pohon brora tersebut.
Dikisahkan kembali, bahwa pada zaman dahulu air sumur tersebut memiliki 3 warna, yaitu:
Putih yang berarti sabar, Merah yang berarti berani, dan hijau yang berarti alim.
Barang siapa yang memiliki nasib bagus, maka mereka akan melihat salah satu dari warna tersebut.
Ada pun makna setelah melihat maka orang tersebut akan memiliki sifat sampai tujuh keturunan diwahnya seperti arti air sumur tersebut.

Alkisah cerita seorang Imam Besar Masjid Jami' Sumbawa, beliau menjala ikan di bawah tebing tepatnya tepi kali Brang Biji, lalu beliau mendengar suara  gemercik air dari atas tebing tersebut.
Karena beliau penasaran, maka beliau pun naik dan ingin melihat ada apa gerangan di atas tebing tersebut, setelah sampai beliau pun melihat ada sumur dengan air yang berwarna hijau.
Pada saat itu beliau belum mengerti apa arti dari air tersebut, namun beliau langsung menimba air sumur dan memandikannya.
Pada tahun itu pula, beliau barangkat ke Mekkah untuk malaksanakan hajinya.
Sampai tujuh kali beliau mandapat panggilan dari Allah SWT  untuk mengerjakan haji, hingga pada saat pulang terakhir di tengah laut Sang Imam menemui ajalnya.
Ketika beliau hendak dikuburkan ke dalam laut, belum sempat jenazahnya turun ke dalam laut, tiba-tiba muncul pelangi dengan tiga warna, yaitu merah, kuning dan hijau.
Jenazah sang Imam seketika lenyap di jemput oleh pelangi, percaya atau tidak hal ini terjadi.

Setelah kebun ini berubah menjadi kampung, maka segala sesuatu semakin terasa mistiknya.
Banyak diantara panduduk yang hilang, tiba-tiba kembali dengan wajah seperti ketakutan, banyak pula yang hilang dan tidak kembali sampai saat ini.
Sebuah kepercayaan muncul, bahwa mereka yang hilang disembunyikan oleh makhluk halus.

Dahulu, tidak seorang pun boleh menggunakan baju yang berwarna kuning dikawasan ini, percaya atau tidak hal ini sering terjadi, bahwa siapa pun yang menggunakan dan tidak mengindahkan larangan maka akan kesurupan.
Banyak masyarakat yang percaya bahwa air kali Brang Biji bisa menyembuhkan penyakit dan segala jenisnya yang berhubungan dengan mistik, mereka yang hendak mandi dengan niat menghilangkan penyakit dari tubuhnya, maka akan menghubungi salah satu dari pihak keluarga yang mengerti sekali tentang tata caranya.
Di sini banyak hal yang harus disediakan, semacam sesajen yang terdiri dari, beras ketan berwarna hitam, kuning, merah dan putih, telur rebus, sirih yang lengkap, rokok  dan masih banyak lagi.
Apabila ada yang kurang dari persediaannya, pasti salah satu dri yang hadir akan mengalami kesurupan pula.
Bangga memiliki budaya, tapi kami tidak bangga karena sedikit tidaknya budaya tersebut mengarah ke Syirik terhadap Allah SWT.

Namun percaya atau pun tidak, hal ini masih berkembang dalam masyarakat Tana Samawa sampai sekarang ini.
Bila ada acara keluarga, contohnya pernikahan atau sunatan, maka harus memberi sesajen atau makanan ke tepi kali tersebut tepatnya dekat pohon berora.
Dengan maksud memberitahukan kepada makhluk halus yang telah beranak pinak disana bahwa ada yang akan melaksanakan acara.
Kami sering memungkiri hal tersebut dan tidak melakukan tradisi-tradisi yang mengarah ke syirik tersebut, namun percaya atau tidak setiap kali kami memungkirinya setiap kali pula diantara kami ada saja yang kesurupan.
Masya Allah begitu dekatnya Allah bersama kami, namun ternyata makhluk halus itu pun tidak bisa dipungkiri kaberadaannya.

3 komentar:

  1. Saya mendapat kan berita ini dari teman saya Azrul R.R
    Ngkak sadu
    Invite deta pin kaku
    Lema ne
    D2777cea
    Aku pang samawa...

    Dekat Brang biji dekat dinasti

    BalasHapus
  2. Saya mendapat kan berita ini dari teman saya Azrul R.R
    Ngkak sadu
    Invite deta pin kaku
    Lema ne
    D2777cea
    Aku pang samawa...

    Dekat Brang biji dekat dinasti

    BalasHapus