Rabu, 03 Mei 2017

Malam Nisfu Sya'ban dan Ibadah Didalamnya

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا
“Ketika tiba malam nisfu sya’ban, maka beribadah malamlah kalian, dan berpuasalah pada siangnya” (HR. Ibnu Majah) Keutamaan Doa dalam Islam

Allah SWT Berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah maha dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (QS Al-Baqarah 2:186)

Rasulullah SAW bersabda:

الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَةِ
"Doa itu inti Ibadah" (HR. Tirmidzi)

Ini bemakna bahwasanya kedudukan doa dalam ibadah sangatlah luhur. Sebab ketika seorang mukmin melaksanakan doa maka secara tidak langsung ia telah melakukan ikrar dan pembuktian bahwa Allah SWT adalah tuhannya. Serta meyakini atas kekuasaan Allah dan mengakui atas nikmatnya yang banyak yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya.

Hadits Dhaif Seputar Nisfu Sya’ban

Hadits pertama

خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة أول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الجمعة وليلة الفطر وليلة النحر
“Ada lima malam yang doa seorang hamba tidak akan tertolak, yaitu pada malam pertama bulan Rajab, malam nisfu sya’ban, malam jum’ah, malam Ied Fitri dan malam Nahr (Ied Adha).”

Hadits di atas bersumber dari Abu Umamah dan juga Ibnu Umar, di keluarkan oleh Ibnu Asakir (10/408), Abdur Rozaq (4/317 no. 7927) dan Baihaqi dalam Syuabul Iman (3/342 no. 3713) .

Syaikh Al Albani di dalam Silsilah ad Dhaifah al Maudhuah (3/649) bahwa hadits ini maudhu’ (palsu).

Hadits ke dua

إذا كان ليلةُ النصفِ من شعبانَ فقومُوا ليلتَها وصومُوا يومَها فإنَّ اللهَ ينزلُ فيها لغروبِ الشمسِ إلى سماءِ الدنيا فيقولُ ألا مستغفرٌ فأغفرَ له ألا مسترزقٌ فأرزقَه ألا مُبْتلًى فأعافيَه ألا سائلٌ فأعطيَه ألا كذا ألا كذا حتى يطلعَ الفجرُ
“Ketika malam nisfu sya’ban, tegakkanlah malamnya untuk beribadah, berpuasalah di siang harinya, sesungguhnya Alloh turun pada malam itu ke langit dunia semenjak matahari mulai terbenam kemudian berfirman : “Adakah orang yang meminta ampun maka Aku akan mengampuninya, adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberikanya rizki, adakah orang yang terkena musibah maka Aku akan menolongnya, adakah orang yang meminta maka Aku akan memberinya, adakah orang yang begini,begitu,” demikian hingga terbit fajar.”

Hadits di atas di keluarkan oleh Ibnu Majah (1/444 no. 1388), Al Bushiri dalam kitabnya (2/10) mengatakan : “Dalam sanadnya terdapat Ibnu Abi Sabrah, Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan : “Ia memalsukan hadits”. Dan Al Baihaqi mengeluarkannya dalam Syu’abul Iman (3/378 no. 3822), juga di keluarkan oleh Ad Dailami (1/259 no. 1007).

Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif al Jami’ as Saghir wa Ziyadatuhu bahwa hadits ini maudhu’ (palsu).

Hadits ke tiga

يا عائشة ! أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله ؟ بل أتاني جبريل فقال : هذه الليلة ليلة النصف من شعبان ، ولله فيها عتقاء من النار بعدد شعور غنم كلب ، لا ينظر الله فيها إلى مشرك ولا إلى مشاحن ولا إلى قاطع رحم ولا إلى مسبل ولا إلى عاق لوالديه ولا إلى مدمن خمر
“Wahai Aisyah,.apakah engkau takut Alloh dan Rasul-Nya akan berbuat dhalim kepadamu,.? Bahkan Jibril telah datang kepadaku dan mengatakan : ‘Malam ini merupakan malam nisfu sya’ban, di dalamnya Alloh membebaskan manusia dari neraka sebanyak bulu domba bani Kalb. Alloh tidak melihat pada malam itu kepada orang musyrik, tidak pula kepada orang yang suka memusuhi, pemutus hubungan silaturrahim, orang yang musbil (memanjangkan pakaian melebihi mata kaki), orang yang durhaka kepada kedua orang tua, serta tidak pula kepada pecandu khamr”.

Hadits di atas Al Baihaqi mengeluarkanya dalam Syu’abul Iman (3/380 no. 3826), beliau mendhaifkan bahwa hadits itu bersumber dari Aisyah. Juga di riwayatkan oleh Ibnu Majah (1/444 no. 1389).

Syaikh Al Albani berkata dalam Dhaifu at Targhib wa at Tarhib bahwa hadits ini dhaif jiddan (lemah sekali).

Hadits ke empat

في ليلة النصف من شعبان يوحي الله إلى ملك الموت يقبض كل نفس يريد قبضها في تلك السنة
“Pada malam nisfu sya’ban Alloh mewahyukan kepada malaikat maut untuk mencabut setiap jiwa pada tahun itu”.

Di riwayatkan oleh Ad Dinawariy dalam Al Mujalasah secara mursal dari Rasyid bin Sa’ad. Syaikh Al Albani berkata tentang hadits ini ; “Dhaif”.

Hadits Shahih Seputar Nisfu Sya’ban

Terdapat beberapa hadits dengan lafadz yang hampir sama, mulai dari derajat hasan hingga shahih. Diantara hadits-hadits tersebut adalah ;

إذا كان ليلةُ النصفِ من شعبانَ اطَّلَع اللهُ إلى خلقِهِ فيغفر للمؤمنين ويُمْلِى للكافرين ويدعُ أهلَ الحِقْدِ بحقدِهم حتى يدعوه
“Pada malam nisfu sya’ban Alloh muncul (melihat) kepada hamba-Nya, Dia mengampuni seluruh orang beriman dan meninggalkan orang-orang kafir serta membiarkan pendendam dengan rasa dendamnya hingga ia meninggalkanya.”

Hadits di atas bersumber dari Abu Tsa’labah, Al Baihaqi mengeluarkanya dalam Syu’abul Iman (3/381 no. 3832), demikian pula Ibnu Abi Ashim (1/244 no. 511). Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits ini ‘hasan’.

Semisal dengan itu juga hadits :

في ليلة النصف من شعبان يغفر الله عز وجل لأهل الأرض إلا مشرك أو مشاحن
“Pada malam nisfu sya’ban Alloh Azza wa Jalla mengampuni penduduk bumi kecuali orang musyrik dan orang suka bermusuhan.”

Hadits ini bersumber dari Katsir bin Murrah yang di riwayatkan oleh Al Baihaqi secara mursal, dan beliau mengatakan ; “Ini hadits mursal yang bagus”. Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ hadits no. 4268 mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Malam Nisfu Sya’ban dan amaliah di dalamnya

Malam nisfu sya’ban merupakan malam yang berkah dan mulia. Malam dimana bila kita isi dengan ibadah semisal shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya, maka akan sangat dinilai baik dan mendapat pahala yang besar. Diriwayatkan dari Nabi SAW:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا
“Ketika tiba malam nisfu sya’ban, maka ibadah malamlah kalian, dan berpuasalah pada siangnya” (HR. Ibnu Majah)

Hal yang paling baik dilaksanakan seseorang pada malam ini adalah bertakwa kepada Allah SWT. Yakni menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi terhadap apa yang dilarang-Nya sebagaimana yang mesti dilaksanakan pada hari biasa. Karena ini adalah kunci dari segala kebaikan. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kalian meninggal kecuali ada dalam keislaman” (QS. Ali Imran: 102)

Sebab orang yang pintar dan cerdik dalam ibadah senantiasa memanfaatkan waktunya untuk melaksanakan taqwa. Datangya malam nisfu sya’ban akan dimanfaatkan untuk memperkuat amal ibadah yang pada hari-hari biasa senatiasa dilaksanakan.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Maka sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa” (QS. AL-Baqarah: 197)

Adapun membacakan surat yasin pada malam nisfu sya’ban adalah keutamaan serta menjadikan pahala sebagaimana dilaksanakan di waktu-waktu yang lainnya. Namun, perlu kita perhatikan bahwa tidak ada tuntunan dari Rasulullah SAW secara khusus yang mensunnahkan membacanya pada malam tersebut. Tapi hal ini bukan berarti kita tidak membacanya, sebab, tentu ini adalah ibadah. Kita membacakan di malam nisfu sya’ban tentu mendapat pahala sebagaimana dibacakan di waktu-waktu lainnya

http://www.dakwah.web.id/2015/05/malam-nisfu-syaban-dan-ibadah-didalamnya.html
http://aburuqoyyah.blogspot.co.id/2012/06/hadits-shahih-dan-dhaif-seputar-nisfu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar