Bulan muharam adalah bulan pertama dalam
kalender Hijriah. Bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan haram
(suci), sebagai mana yang difirmankan oleh Allah:
“Sesungguhnya
bilangan bulan disisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan
haram…” (QS. At Taubah:36)
Ibnu
Jarir ath Thabari rahimahullah meriwayatkan melalui sanadnya, dari Ibnu
Abbas radhiallahu anhu sehubungan dengan pengagungan Allah terhadap
kesucian bulan-bulan ini, beliau berkata, “Allah Ta’ala telah menjadikan
bulan-bulan ini sebagai (bulan-bulan yang) suci, mengagungkan
kehormatannya dan menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan-bulan ini
menjadi lebih besar dan menjadikan amal shalih serta pahala pada bulan
ini juga lebih besar.” (Tafsir ath Thabari)
Nabi saw. bersabda, “Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci. Tiga bulan berturut-turut iaitu Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharram. Dan satu bulan lagi adalah Rejab yang terletak antara Jamadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Muslim no. 1679)
Kata Muharram artinya ‘dilarang’.
Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai
bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini
dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk
persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang, bulan haram
ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain
dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.
Bulan Muharram memiliki banyak
keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Pada
bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi
Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan
berpuasa. Kemudian Rasulullah saw menetapkan puasa pada tanggal 10
Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.
Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga
berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah
menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah saw.
bersabda:
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ
يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ
نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى
شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi saw ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasul saw berkata, “Aku lebih berhak mengikuti Musa as daripada mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa” (HR Bukhari).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ
شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ
صَلَاةُ اللَّيْلِ
Dari Abu Hurairah ra. berkata,
Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah
puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah
ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)
Walaupun ada kesamaan dalam ibadah,
khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah saw memerintahkan pada umatnya
agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh
orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar
puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah
puasa hari ‘Asyura.
Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan.berpuasa tiga hari,sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram,berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya yaitu puasa tanggal: 9 dan 10 atau 10 dan 11,puasa pada tanggal 10 saja, hal
ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari
‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh
orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun
depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau
meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Landasan puasa tanggal 11 Muharram
didasarkan pada keumuman dalil keutamaan berpuasa pada bulan Muharram.
Di samping itu sebagai bentuk kehati-hatian jika terjadi kesalahan dalam
penghitungan awal Muharram.
Selain berpuasa, umat Islam disarankan
untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk
keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam
hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal
itu baik untuk dilakukan.
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Oleh karena itu salah satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam yaitu menjadikan pergantian tahun baru Islam sebagai sarana umat Islam untuk muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi. Momentum perubahan dan perbaikan menuju kebangkitan Islam sesuai dengan jiwa hijrah Rasulullah saw. dan sahabatnya dari Mekah dan Madinah. SEJARAH 10 MUHARRAM Imam al-Ghazali menyebut dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub bahwa pada tarikh tersebut: (1) Terbunuhnya Sayyidina Hussain (cucu Nabi) di Karbala'. (2) Diterima taubat Nabi Adam a.s. (3) Dicipta Adam a.s. (4) Dimasukkan Adam a.s ke dalam syurga. (5) Dicipta arasy, Kursi, langit, matahari, bulan, bintang-bintang. (6) Dilahirkan Nabi Ibrahim a.s. (7) Selamat Nabi Ibrahin daripada api Namrud. (8) Selamat Musa dan pengikutnya. (9) Lemas Firaun. (10) Dilahirkan Nabi Isa a.s. (11) Diangkat Nabi Isa kelangit. (12) Diangkat Nabi Idris ke langit. (13) Mendaratnya kapal Nabi Nuh dengan selamat di atas bukit Judy. (14) Nabi Sulaiman diberi kerajaan yang besar. (15) Dikeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan Nun. (16) Nabi Ya'kub dapat melihat kembali selepas daripada menjadi buta. (17) Dikeluarkan Nabi Yusuf daripada telaga buta. (18) Disembuhkan Nabi Ayyub daripada penyakitnya. (19) Hujan yang pertama turun dari langit kebumi. Wallahu A'lam. | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar