Sabtu, 27 Agustus 2011

Memburu Keutamaan Seribu Bulan Lailatul Qadar

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam Al-Qadr (lailatul qadr/malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam Al-Qadar itu? Malam itu lebih baik dari seribu bulan. Turun para malaikat dan ar-Ruuh pada malam itu dengan izin Tuhan mereka untuk segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q. S. Al-Qadr: 1 – 5)
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahuLlah mengatakan, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabat RA tentang seorang pria dari Bani Israil yang menggunakan senjatanya di jalan Allah SWT selama seribu bulan. Hal ini membuat sahabat RA terkejut. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat: ‘Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam Al-Qadr. Dan tahukah kamu apakah malam Al-Qadr itu? Malam itu lebih baik dari seribu bulan.’Dalam surat ini Allah SWT mengabarkan bahwa Ia SWT telah menurunkan Al-Quran pada malam Al-Qadr. Sebuah malam yang sangat berkah yang lebih baik dari seribu bulan, yang jika kita hitung maka nilainya sama dengan sekitar 83 tahun lebih 4 bulan. Sesungguhnya seseorang yang beribadah pada malam itu maka sama baginya dengan beribadah selama 83 tahun 4 bulan lamanya pada malam atau hari-hari biasa. Sebuah keutamaan yang sangat luar biasa, yang Allah SWT anugerahkan kepada umat Muhammad SAW yang berumur relatif lebih pendek dibanding umat terdahulu. Tafsir ayat: ‘Turun para malaikat dan ar-Ruuh pada malam itu dengan izin Tuhan mereka untuk segala urusan’, Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa pada malam Al-Qadr, malaikat yang turun pada malam itu semakin banyak karena banyaknya berkah dan rahmat pada malam itu. Para malaikat itu turun bersamaan dengan rahmat dan berkah dan mereka akan turun kepada orang-orang yang membaca Al-Quran, dan akan mengelilingi majelis-majelis dzikir serta meletakkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu sebagai penghormat.Sedang yang dimaksud dengan ar-Ruuh, Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa itu adalah Jibril as. dengan pengungkapan yang khusus, namun ada pula yang berpendapat bahwa itu adalah sejenis malaikat seperti tersebut dalam Surat An-Naba (Wallahu a’lam). Mengenai firman Nya: ‘untuk segala urusan’, berkata Mujahid bahwa malam itu sejahtera dan selamat dari segala urusan. Riwayat lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pada malam itu setan tidak bisa berbuat kejahatan.Sedang mengenai ayat terakhir: ‘Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar’, berkata Sa’id bin Manshur, ‘berkata kepada kami Hisyam dari Abu Ishaq bin Asy-Syaib, tentang firman Allah: ‘Untuk segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar’, ia berkata, para malaikat menyejahterakan malam Al-Qadr itu bagi para penghuni masjid hingga terbit fajar.’Keutamaan lain dari Lailatul Qadar selain dari surat Al-Qadr, juga dapat dilihat dari hadits Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang beribadah pada malam Al-Qadr karena iman dan mengharapkan keridhaan Allah, diampunilah dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari – Muslim)

Lalu, kapankah Lailatul Qadr tersebut datang? Mengenai hal ini Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa terdapat sekitar 40 perbedaan pendapat berkenaan dengannya. Beberapa pendapat mengatakan bahwa ia jatuh pada malam ke-21, sedang sebagian lain mengatakan malam ke-27 (merupakan salah satu pendapat terkuat) dan masih banyak lagi, dengan masing-masing hujjahnya. Bahkan sebagian pendapat mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui pasti kapan tepatnya Lailatul Qadr tersebut datang. Namun, yang jelas, bahwa Lailatul Qadr tersebut jatuh di antara 10 malam terakhir dari Bulan Ramadhan, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Adalah Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan, dan beliau bersabda: ‘Hendaklah kalian mencari lailatul qadar pada sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan.’” (H. R. Bukhari – Muslim)

Dan ini lebih dikhususkan lagi pada malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya pernah ditampakkan kepadaku lailatul qadar, kemudian dijadikan aku lupa, atau aku lupa kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh malam yang akhir; di malam-malam yang ganjil.” (H. R. Bukhari – Muslim)


dakwatuna.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar