Hati kelelahan ketika pikiran terus berusaha
menyelesaikan sebuah permasalahan kecil, bagaimana menghilangkan rasa cemburu
terhadap keberhasilan rekan kita? sampai akhirnya malam itupun aku kelelahan
karena rasa cemburu
Udara pagi terasa segar ketika aku baru selesai shalat subuh. Hati yang awalnya dingin oleh salju cemburu telah mencair oleh hangatnya kedekatan kita pada Sang Pencipta.
Kebersihan Iman jelas berbeda dengan Keruhnya hati
oleh cemburu, itu yang mulanya aku pahami. Namun baru kusadari kurang tepat
bagiku ketika kata-kata itu selanjutnya berbunyi. Hati yang beriman tidak boleh
cemburu oleh dunia.
Mungkin ini bukan yang terbaik tapi ini hal
terindah yang bisa dilakukan oleh seorang yang hafalan Al-Qurannya kurang dari
satu juz, yang bacaan al-Qurannya sehari tidak sampai satu juz, yang sholat
sunah jarang di kerjakan,yang setiap hari dosa selalu di perbuat. Yang
hangatnya keimanan belum mampu serta merta menghilangkan kerikil dingin iri dan
dengki.
Apa yang dilakukan ?
ketika cemburu datang maka jadikan cemburu
terhadap keberhasilan sebagai motivasinya dan benahilah pikiran bahwa ia
telah mempunyai rekan untuk menjadi penunjuk kesuksesannya dan ia turut bangga.
ketika melihat saudaranya yang tidak seberuntung
dia maka ia rubah egonya menjadi ketulusan dan kasih sayang untuk meringankan
beban saudaranya
Apa yang sebenarnya dilakukan ?
Rubahlah pandangan dari pribadi kecil
yang dikekang oleh hal-hal negatif menjadi pribadi besar yang tak gentar oleh
berbagai hal negatif yang menerpanya. Seolah katakan pada rasa cemburu itu,
“Hai cemburu kau bukan apa-apa. Karena aku memiliki ikatan persaudaraan yang
jauh lebih kuat darimu, yaitu sebagai saudara dalam Iman dan Islam”
Seolah ia katakan pada egonya, “Hai ego kau tidak
lebih tinggi dari ketulusan dan kau tidak lebih lembut dari kasih sayang yang
kumiliki untuk saudara ku yang seiman”
Dialah yang sadar akan porsi dirinya,
ditengah deraian hal-hal negatif yang seolah tiada henti memberikan contoh
buruk dalam hatinya, ketika tak dapat lagi menghindari rembesan cemburu,
iri, dan dengki dalam hatinya. Ia ubah sedikit racun itu menjadi penawar yang
semakin membesarkan pribadinya.
teringat satu pepatah
“Di Atas Langit Masih Ada Langit Yang Lebih Tinggi”.
Karena itu jangan selalu menatap ke atas, tetapi cobalah sesekali arahkan
pandangan ke bawah. Anda akan menyadari betapa beruntungnya diri anda yang
sudah memiliki semua hal yang anda butuhkan.
Ambillah sebuah pelajaran berharga
dari sosok semut
Semut selalu menyapa ketika berpapasan dengan
sesama semut, dan dia tidak memandang semut itu siapa, asal dari mana,
keturunan siapa, pekerjaannya apa dan sebagainya dan sebagainya. Setiap bertemu
tanpa pikir panjang akan saling menyapa. Manusia belum tentu bertemu dengan
manusia lain akan saling menyapa apalagi belum kenal, padahal dengan saling
menyapa kita akan semakin menambah teman dan mempererat tali silaturahim, lalu
mengapa terkadang kita sering mengabaikan hal ini, banyak hal dan faktor yang
menjadi penyebabnya, mungkin merasa minder, tidak setingkat, merasa lebih
rendah atau bahkan sebaliknya. Sobat tidakkah kita malu dengan semut yang hanya
binatang namun memiliki kerendahan hati yang dalam untuk saling menyapa
Semoga kita menjadi orang yang mengenali harga diri
kita, menjadikan dengan pengenalan itu kekuatan yang semakin memotivasi kita
untuk semakin mendekatkan diri kepada-NYA. Bersyukurlah atas nikmat Iman dan
Islam dalam diri kita, karena demi Allah hanya itulah yang bisa membuat kita
hidup dalam hangatnya ukhuwah dan dimasukkan kedalam surga-NYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar