Minggu, 31 Maret 2013

Ketika Kita tak Bisa Menghilangkan Kebiasaan Buruk

Hati  kelelahan ketika pikiran terus berusaha menyelesaikan sebuah permasalahan kecil, bagaimana menghilangkan rasa cemburu terhadap keberhasilan rekan kita? sampai akhirnya malam itupun aku kelelahan karena rasa cemburu

Udara pagi terasa segar ketika aku baru selesai shalat subuh. Hati yang awalnya dingin oleh salju cemburu telah mencair oleh hangatnya kedekatan kita pada Sang Pencipta.
Kebersihan Iman jelas berbeda dengan Keruhnya hati oleh cemburu, itu yang mulanya aku pahami. Namun baru kusadari kurang tepat bagiku ketika kata-kata itu selanjutnya berbunyi. Hati yang beriman tidak boleh cemburu oleh dunia.
Mungkin ini bukan yang terbaik tapi ini hal terindah yang bisa dilakukan oleh seorang yang hafalan Al-Qurannya kurang dari satu juz, yang bacaan al-Qurannya sehari tidak sampai satu juz, yang sholat sunah jarang di kerjakan,yang setiap hari dosa selalu di perbuat. Yang hangatnya keimanan belum mampu serta merta menghilangkan kerikil dingin iri dan dengki.
Apa yang dilakukan ?
ketika cemburu datang maka  jadikan cemburu terhadap keberhasilan sebagai motivasinya dan  benahilah pikiran bahwa ia telah mempunyai rekan untuk menjadi penunjuk kesuksesannya dan ia turut bangga.
ketika melihat saudaranya yang tidak seberuntung dia maka ia rubah egonya menjadi ketulusan dan kasih sayang untuk meringankan beban saudaranya
Apa yang sebenarnya dilakukan ?
Rubahlah pandangan dari pribadi kecil yang dikekang oleh hal-hal negatif menjadi pribadi besar yang tak gentar oleh berbagai hal negatif yang menerpanya. Seolah katakan pada rasa cemburu itu, “Hai cemburu kau bukan apa-apa. Karena aku memiliki ikatan persaudaraan yang jauh lebih kuat darimu, yaitu sebagai saudara dalam Iman dan Islam”
Seolah ia katakan pada egonya, “Hai ego kau tidak lebih tinggi dari ketulusan dan kau tidak lebih lembut dari kasih sayang yang kumiliki untuk saudara ku yang seiman”
Dialah  yang sadar akan porsi dirinya, ditengah deraian hal-hal negatif yang seolah tiada henti memberikan contoh buruk dalam hatinya, ketika  tak dapat lagi menghindari rembesan cemburu, iri, dan dengki dalam hatinya. Ia ubah sedikit racun itu menjadi penawar yang semakin membesarkan pribadinya.
teringat satu pepatah
“Di Atas Langit Masih Ada Langit Yang Lebih Tinggi”. Karena itu jangan selalu menatap ke atas, tetapi cobalah sesekali arahkan pandangan ke bawah. Anda akan menyadari betapa beruntungnya diri anda yang sudah memiliki semua hal yang anda butuhkan.
 
Ambillah sebuah pelajaran berharga dari sosok semut 
Semut selalu menyapa ketika berpapasan dengan sesama semut, dan dia tidak memandang semut itu siapa, asal dari mana, keturunan siapa, pekerjaannya apa dan sebagainya dan sebagainya. Setiap bertemu tanpa pikir panjang akan saling menyapa. Manusia belum tentu bertemu dengan manusia lain akan saling menyapa apalagi belum kenal, padahal dengan saling menyapa kita akan semakin menambah teman dan mempererat tali silaturahim, lalu mengapa terkadang kita sering mengabaikan hal ini, banyak hal dan faktor yang menjadi penyebabnya, mungkin merasa minder, tidak setingkat, merasa lebih rendah atau bahkan sebaliknya. Sobat tidakkah kita malu dengan semut yang hanya binatang namun memiliki kerendahan hati yang dalam untuk saling menyapa

Semoga kita menjadi orang yang mengenali harga diri kita, menjadikan dengan pengenalan itu kekuatan yang semakin memotivasi kita untuk semakin mendekatkan diri kepada-NYA. Bersyukurlah atas nikmat Iman dan Islam dalam diri kita, karena demi Allah hanya itulah yang bisa membuat kita hidup dalam hangatnya ukhuwah dan dimasukkan kedalam surga-NYA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar